Teknologi Global Positioning System (GPS) saat ini mungkin sudah sangat canggih untuk membantu kalian menavigasi kompas tanpa gps. Namun, GPS masih memerlukan bantuan internet untuk menggunakannya. Maka dari itu, sebuah penemuan baru yang dapat semakin memudahkan kalian apabila mengalami susah mengakses internet.
Para ilmuwan telah membuat ‘kompas kuantum’ genggam yang suatu hari nanti bisa membantu orang untuk bernavigasi tanpa GPS. Para ilmuwan berhasil mengecilkan sistem laser yang biasanya sebesar lemari es, yang biasanya digunakan untuk teknik penginderaan yang disebut interferometri atom. Sistem ini sekarang dapat diintegrasikan ke dalam microchip silikon.
Para Ilmuwan Sedang Memanfaatkan Teknik Interferometri Atom untuk Kompas tanpa GPS.
Pengguna kompas kuantum dapat melacak dan mengukur posisi tanpa GPS dengan memanfaatkan interferometri atom yang mempunyai sifat elektron, seperti gelombang untuk mengukur kecepatan, kecepatan sudut secara tepat, dan rotasi.
Dengan begitu, kompas tanpa GPS dapat terlepas dari ketergantungan terhadap transmisi jaringan secara terus menurus antara satelit dan perangkat.
Teknik Interferometer atom ini tidak mengeluarkan cahaya seperti laser, melainkan memancarkan seberkas atom yang super dingin, lalu menggunakan cahaya untuk memanipulasi seberkas itu, tidak menggunakan cermin.
Interferometer digunakan untuk mengukur perbedaan fase antara atom-atom pada lintasan yang berbeda, apakah palung dan puncak gelombang sejajar satu sama lain.
Di setiap perubahan energi di kedia lintasan, seperti atom ketika menerima energi dari interaksi dengan cahaya, akan menyebabkan atom-atom akan bergerak masuk dan keluar dari fase.
Fenomena ini dapat dimanfaatkan para ilmuwan untuk mengukur kecepatan akselerasi atom-atom tersebut.
Tantangan yang Dihadapi Para Ilmuwan
Meski para ilmuwan berhasil menemukan inovasi baru, bukan berarti tidak mempunyai halangan saat menciptakan alat kompas tanpa gps kuantum ini.
Umumnya, akan memerlukan enam interferometer otom untuk membuat kompas kuantum. Akan tetapi, para ilmuwan membuat sebagian sistem menjadi lebih kecil dengan memanfaatkan sirkuit terpadu fotonik.
Teknologi sirkuit ini merupakan miniatur yang sudah ada, yang biasanya digunakan untuk membangun modulator kecil yang dapat menyetel frekuensi sinar untuk fungsi yang berbeda. Modulator tersebut menjadi tantangan untuk para ilmuwan karena sering kali menambahkan ‘gema’ cahaya yang di sebut sideband, yang perlu ditekan agar instrumen kompas tanpa gps bisa bekerja dengan baik.
Frekuensi radio yang sudah disetel dapat mengendalikan modulator secara cermat, membantu para ilmuwan untuk mengurangi intensitas sideband yang tidak diinginkan hingga 100.000 kali lipat.
Kompas Kuantum Masih Dalam Tahap Perkembangan lagi
Kini, kompas kuantum telah diproduksi dengan baik, tetapi belum siap untuk dipasarkan. Para ilmuwan sedang berusaha mengintegrasikan dan mengecilkan semua komponen lain ke dalam satu chip.
Meskipun demikian, para ilmuwan telah membuat kemajuan dengan mengecilkan komponen-komponen lain dari sistem dan memperkuat peralatan yang rumit itu terhadap radiasi, getaran, dan guncangan.
Kompas Kuantum tersebut sudah dioptimalkan akan memungkinkan kalian dalam hal navigasi yang lebih unggul dari GPS, salah satunya untuk membatu navigasi di zona konflik saat sinyal GPS terhalang.
Teknologi Kompas masih terus dikembangkan lagi dan bisa dikombinasikan bersama komputasi lidar dan kuantum. Sandia Peter Schwindt adalah seorang ilmuwan penginderaan kuantum, memprediksi bahwa teknologi kompas kuantum dapat bergerak ke aplikasi nyata.